Sabtu, 16 Mei 2009

METODE PENGAJARAN BAHASA YANG INOVATIF

METODE PENGAJARAN BAHASA YANG INOVATIF

I. PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa Arab maupun Inggris sebagai bahasa Asing dan bahasa Internasional melaju sangat cepat karena kedua bahasa tersebut sering digunakan dalam komunikasi atau penghubung antar bangsa baik dalam ilmu pengetahuan, agama, maupun korespondensi perdagangan. Terlebih-lebih lagi dengan negara-negara Arab di Timur Tengah yang kaya minyak sebagai sumber ekonomi dengan petro dolarnya yang menarik manusia serta mengandung harapan cerah dalam lapangan kerja bagi mereka yang menguasai bahasa Arab secara aktif (berbicara) maupun tulis-menulis. Lebih lagi karena bahasa tersebut adalah bahasa resmi yang dipakai di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB/ ( الدول المتّحدة sebagai bahasa diplomasi antar diplomat dan untuk berpidato di forum tertinggi dunia.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan sebagainya dimana penerapan Metodologi Pengajaran Bahasa Asing telah berjalan dengan baik, disertai alat-alat peraga atau media pengajaran (Audio Visual Aids) tersedia lengkap, maka dalam waktu enam bulan sampai satu tahun saja belajar bahasa Arab, orang sudah mampu mengikuti kuliah, memahami buku-buku, berkomunikasi dan berkunjung ke negara-negara Arab, bahkan menulis disertasi dengan bahasa Arab tersebut.

Perkembangan metode pengajaran bahasa asing di negara-negara maju mengalami kemajuan yang menakjubkan. Mereka sudah meninggalkan metode pengagaran bahasa yang masih tradisional menuju metode yang lebih inovatif.

Metode inovatif (baru dan banyak membuat perubahan) sering menjadi obyek pembicaraan para ahli didik, ahli bahasa, dan psikiater pada loka karya, seminar, simposium dan konfrensi pengajaran bahasa asing dari tahun ke tahun di Amerika Serikat dan Eropa.

Penulis, dalam makalah ini, mengungkap misteri berikut ini:

  1. Apakah yang dimaksud Pengajaran Bahasa yang Inovatif?
  2. Metode-Metode apa saja yang termasuk dalam Pengajaran Bahasa yang Inovatif?

II.PEMBAHASAN

A.Metode Pengajaran Bahasa yang Inovatif

Yang dimaksud dengan pengajaran Bahasa yang Inovatif adalah metode yang membawa faham-faham baru yang sekarang ini sedang dibicarakan atau dibahas di Amerika dan Eropa: yaitu: pertama, Suggestopedia, kedua, Conseling-learning, dan ketiga, the silent way[1] Metode-metode itu muncul setelah metode Audio Lingual :

Belajar bahasa melalui meltode Audio –lingual yang mempunyai tujuan utama dalam pengajaran bahasa asing seperti bahasa Arab melalui metode tersebut ialah kemahiran-kemahiran mendengarkan, mengucap selalu mampu dan mengerti[2]. Pembiasaan yang berulang-ulang terhadap bunyi dan ucapan-ucapan bahasa itu sampai menimbulkan kepekaan(sensitif) alat dria(telinga) sehingga serasi dan mudah dipahami. Meskipun pembicaraan cepat dan panjang. Dengan penyebutan huruf/kata-kata berangkai yang sukar dimengerti, tetapi bila telinga sudah terbiasa serasi dan peka terhadap bahasa atau ucapan itu maka akan mudah dimengerti. Dengan kata lain bahwa orang dewasa dengan mengikuti cara anak belajar bahasa itu yaitu dengan menirukan dan mengulang berkali-kali, dianggap cara belajar seperti burung beo.

Arsyad(1989) menegaskan dalam bukunya " Suatu Penafsiran Psikodinamik terhadap metodologi Pengajaran Bahasa Asing Inovatif" bahwa cara belajar demikian disanggah oleh Noam Choamsky, seorang ahli bahasa dari Messachusets Institute of Technology, yang menyatakan bahwa belajar bahasa yang demikian hanya mementingkan struktur permukaan (surface structure) bahasa itu saja, sedangkan makna bahasa(deep structure) itu sendiri, yang tersimpan dalam diri si pembicara terabaikan.

Sejak revolusi bahasa Coamsky ini, para ahli bahasa mulai mengalihkan perhatiannya pada segi psikologis belajar bahasa. Ahli psikologi seperti B.F. Skinner (ب.ف. سكينر ) menganggap bahwa proses belajar merupakan proses psikologis yang dapat diperoleh apabila diciptakan suasana lingkungan yang mendukung[3].

Akhirnya, muncullah metode-metode seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:

1. Suggestopedia

Suggestopedia pertama kali diperkenalkan oleh Georgi Lozanov di Bulgaria. Selanjutnya dikembangkan di Uni Soviet, Jerman Timur, dan Hunggaria. Amerika juga telah mencoba untuk menggunakan metode ini dengan beberapa penyesuaian[4].

Kelas Suggestopedic dilakukan oleh Lozanov di Institute of Suggestology di Sofia, Bulgaria. Kelas tersebut terdiri dari kelompok kecil sekitar 12 siswa selama 4 jam secara intensif setiap hari dalam satu bulan. Setiap jamnya terdiri atas tiga bagian[5] :

  1. Pengulangan (review) dilakukan melalui percakapan (المحادثة ), permainan, atau bermain peran. Laboratorium bahasa tidak digunakan dalam bagian ini. Latihan dan koreksi saja yang dapat dilkakukan.
  2. Penyampaian materi beru didasarkan pada situasi yang familiar. Materi ini mencakup dialog panjang sekitar 10 sampai 14 halaman dengan menambahkan penjelasan tata bahasa yang penting dan terjemahan.
  3. Porsi dari Suggestopedia terbagi dua bagian:

· Guru membacakan dialog sementara siswa mengikutinya dengan menghirup udara yang dalam (Yoga). Aturannya adalah : Dua detik pertama, menterjemahkan L1 (first language), dua detik ke dua, Frasa bahasa asing dan berhenti sejenak dua detik. Ketika mendengarkan frasa bahasa asing siswa menahan nafas empat menit sambil melihat teks dan mengulang frasa bahasa asing.

· Aktivitas dari bagian ini adalah guru membaca dengan emosional dan intonasi yang indah. Siswa menutup mata dan melakukan meditasi terhadap teks diringi dengan musik klasik supaya lebih rileks. Untung mendukung proses belajar tersebut hendaknya disediakan ruangan kelas yang menyenangkan dan menarik dengan pencahayaan dan uadara yang memadai.

Metode ini sebagaimana dipakai di beberapa sekolah di Eropa atau Amerika dimaksudkan untuk membasmi sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari bersemai pada diri anak didik dan untuk memberantas perasaan takut (fear) yang menurut para ahli sangat menghambat proses belajar seperti perasaan tidak mampu (feeling of incompetence), perasaan takut salah (fear of making mistakes), dan keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu yang baru dan belum familiar (apprehension of that which is novel or unfamiliar).

Bancrop (1176) dalam Arsyad (1989: 14) mencatat enam unsur dasar dari metode ini:

a. Authority yaitu adanya semacam ثقة (يوثق بقوله وحكمه ) (gur dapat dipercaya kemampuannya) dari seorang guru, membuat murid yakin dan percaya pada diri sendiri (self confidence). Stevicxk (1979:380), salah seorang pengagum teori ini menyatakan, kalu self confidence tercipta maka rasa aman (security) terpenuhi. Klau rasa aman terpenuhi maka murid akan terpancing untuk berani berkomunikasi.

b. Infantilisasi, yaitu murid seakan-akan seperti anak kecil yang menerima authority dari gurunya. Belajar seperti anak-anak melepaskan murid dari kungkungan belajar rasional ke arah belajar yang lebih intuitif. Misalnya, penggunaan "role play" dan nyanyian dalam metode ini akan mengurangi rasa tertekan sehingga murid dapat belajar secara alamiah. Ilmu masuk tanpa disadari seperti yang dialami oleh seorang anak kecil.

c. Dual komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal yang berupa rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dari kepribadian seorang guru. Murid-murid duduk di kursi dan memberi semangat. Guru menghindari mimik yang menunjukkan ketidaksabaran, cemberut, sinis, dan kritik-kritik yang negatif.

d. Intonasi, guru menyajikan materi pelajaran dengan tiga intonasi yang berlainan. Dari intonasi mimik yang berbisik dengan suara tanang dan lembut, intonasi yang normal biasa-biasa sampai kepada nada suara keras dramatis.

e. Rhythm, pelajaran membaca dilakukan dengan irama, berhenti sejenak di antara kata-kata dan rasa yang disusuaikan dengan nafas irama dalam. Di sini muri diminta dan diajar untuk menarik nafas selama dua detik, menahannya selama empat detik dan kemudian menghembuskannya selama dua detik. Di sini "yoga" mempunyai pengaaruhnya yang sangat besar dalam metode ini.

f. Keadaan Pseda-Passive, pada unsur ini keadaan murid betul-betul rileks –tapi tidak tidur- sambil mendengarkan irama musik abad 18. Racle (1977) menjelaskan bahwa pada saat rileks inilah terjadi apa yang disebut "hypermnesia" di mana daya ingat menjadi kuat.

Meskipun metode tersebut sangat baik dan menarik, metode Suggestopedia menurut Amin Rasyid (1997:208) mempunyai kekurangan juga.

Kelebihan Suggestopedia :

  1. Adanya komunikasi yang orisinal di dalam kelas.
  2. Perasaan senang ketika belajar akan menumbuhkan motivasi.
  3. Siswa, di samping belajar bahasa sasaran L2 (target language), dapat meningkatkan kestabilan mental dan emosi.
  4. Pelaksanaan yang intensif akan mengurangi kesempatan kepada siswa untuk lupa.

Kekurangan-kekurangannya:

  1. Suggestopedia tidak bisa dilakukan dalam kelas yang berjumlah siswa besar.
  2. Pelakasanaannya mahal.
  3. Empat jam setiap hari dengan dialog yang panjang akan membuat siswa bosan.

Oleh karena itu, Amin Rasyid (1997:209) menegaskan bahwa metode Suggestopedia ini tidak cocok dilaksanakan di Indonesia dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

  1. Kelas-kelas di Indonesia sangat besar.
  2. Kesulitan untuk menyediakan ruangan atau kelas yang memadai.
  3. Kebanyakan orang Indonesia tidak menikmati musik klasik.
  4. Menggunakan alkohol di Indonesia tidak diperbolehkan.

2. Counseling Learning Method (CLM)

CLM pertama kali dikemukakan oleh Prof. Charles Curran pada tahun 1961, dan mulai dipakai oleh Layola University, Chicago pada yahun 1967.[6]

Dengan "counseling" menurut Curran diharapkan timbulnya minat murid untuk memperoleh pandangan-pandangan baru dan munculnya kesadaran pribadi yang dapat memberikan stimulasi terhadap perkembangan di samping mempererat hubungan dengan orang lain.

Baik counseling maupun learning diharapkan dapat menyuasanai belajar-mengajar bahasa dalam kelas. Di samping itu, minat belajar dapat didorong melalui pengembangan harga diri dan perasaan dengan menekankan pengajaran pada aktivitas yang dikenal "shared Task Oriented Activity" atau "Cara Belajar Siswa Aktif Bersama". Itulah sebabnya pendukung-pendukung metode ini termasuk Curran sendiri, juga menamakan metode ini "Community Language Learning" atau "Belajar Bahasa Secara Komunitas".

Murid di dalam istilah yang dibuat Curran adalah "Client" dan guru disebut "Councelor" atau "Knower". Paul G. La Foege (1975:16) dalam Arsyad (1989:19) menggambarkan tingkatan belajar mulai awal sampai akhir :

a. Embryonic Stage


Client (murid) bergantung penuh kepada councelor (guru).

b. Self-Assertion Stage


Client (murid) mulai mempunyai keberanian berbicara beberapa kata dan frasa mulai tersimpan di dalam otak.

c. Separate Existence Stage.


Timbul rasa ketidaktergantungan murid dengan sedikit kesalahan yang dibuatnya di mana langsung diperbaiki oleh councelor.

d. Reversal Stage


Kebutuhan murid pada councelor hanya berupa idioms dan beberapa ekspresi serta tata bahasa yang pelik.

e. Independent Stage


Ketidaktergantungan murid secara total dan ia bebas berkomunikasi dalam bahasa asing.

3. The Silent Way

Dr. Gattegno mulai memperkenalkan metode ini lewat bukunya " Teaching Foreign Language in School: A Sileny Way ". Metode ini dianggap cukup unik karena bukan hanya guru yang diminta diam 90 % dari alokasi waktu yang dipakai tetapi ada juga saat-saat mana murid juga diam tidak membaca, tiodak menghayal, tidak juga menonton video akan tetapi mereka konsentrasi pada bahasa asing yang baru saja didengar.

Siswa dibiarkan saja dahulu bersalah dalam berbahasa. Gattegno dalam buku Celce Murcia (1979:32) berpendapat " One of the great imperpections of most teaching is the compulsion to require perfection at once". Artinya, salah satu ketidak sempurnaan dari kebanyakan pengajaran adalah adanya tuntutan untuk memperoleh kesempurnaan seketika.

Stevick (1982:200) menyatakan ada tiga inti dari The Silent Way:

  1. Watch (perhatikan)
  2. Give only what is needed (ajarkan apa yang dibutuhkan saja).
  3. Wait (tunggu)

Begitu pelajaran dimulai, konsentrasi diperkuat karena murid menyadari bahwa apa yang dikatakan tidak akan diulangi. Guru mengangkat balok dan berkata : A rod (الخشبُ), ia mengulangi sambil mengangkat balok-balok lain yang berlainan warna. Kemudian ia memperkenalkan warna. Selanjutnya ia meminta dengan aba-aba dua murid maju ke depan dan berkata kepada salah seorang di antara mereka: Take a blu rod ! (خذ الخشب الأزرق ), setelah ini dilaksanakan, kemudian dilanjutkan : Give it to him (أعطهِ الخشبَ ).

Isyarat kadang-kadang diberikan dalam bentuk gerak tubuh ataupun bantuan dari murid lain tanpa adanya penjelasan verbal. Guru secara berangsur-angsur berkata seminimal mungkin dan murid semaksimal mungkin.

Demikianlah tiga metode pengajaran bahasa arab yang dianggap metode yang inovatif dikarenakan baru dan penuh inovasi-inovasi. Meskipun pelaksanaannya sangat sulit untuk diterapkan pada kondisi kelas yang sangat terbatas.

III. KESIMPULAN

Pengajaran bahasa yang inovatif merupakan pengembangan metode-metode pengajaran sebelumnya yang tidak hanya melihat siswa sebagai obyek tetapi sebagai subyek yang harus aktif dalam kegiatan belajar bahasa.

Metode Suggestopedia, Counceling, dan The Silent Way menuntut guru untuk lebih profesional dalam menyiapkan dan menciptakan perangkat belajar yang menyenangkan dan inovatif (penuh dengan hal-hal baru).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khuli, Ali, Muhammad., Asalib Tadris al-Lugah al-Arabiyyah. (Maliz: Farzdaq Tijary).

Arsyad, Azhar ., Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Kumpulan Makalah. (Makassar, 2002)

-----------------, Madkhal ila Turuqi Ta'limi al-Lugah al-Ajnabiyyah Li Madrasi al-Lugah al-Arabiyyah. (Ujung Pandang: Ahkam, 1998), Cet. I

-----------------, Metode Pengajaran Bahasa Arab Untuk Tingkat Pemula, Menengah, dan Mahir. Makalah ini disajikan dalam Up Grading Pengajaran Bahasa Arab di STAIN Watampone. 2001

-----------------, Suatu Penafsiran Psikodinamik Terhadap Metodologi Pengajaran Bahasa Asing Inovatif. (Jakarta: al-Qushwa, 1989), Cet. I

Dahlan, Juwairiyah., Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992).

Ibrahim, Abdul Alim,. Al-Muajjah al-Fanny li Mudarris al-Lugah al-Arabiyyah. (Kairo: Darul Ma'arif, 1968).

Ismail, Mahmud, et. al., al-Arabiyyah lin Nasyi'in. (Saudi Arabia: Kementrian Ma'arif, 1983).

Kamil, AG., Teknik Membaca Textbook dan Penterjemahan. (Yogyakarta: Kanisius, 1982).

Kasim, Amrah., Meteri Pengajaran Bahasa Arab (Untuk Tingkat Menengah dan Mahir). Makalah ini disajikan dalam Up Grading Pengajaran Bahasa Arab di STAIN Watampone. 2001

Majid, Abdul, Shalah., Ta'allumul Lugah al-Hayyah wa Ta'allumuha. (Beirut: Maktabah Lubnan, 1981).

Mansur, Ahmad, Majid, Manshur., Ilmu al-Lugah an Nafsi. (Saudi Arabia: Universitas Kerajaan Saudi, 1982).

Rasyid, Amin, Muhammad., Teaching English as a Foreign Language (TEFL) in Indonesia. (Ujung Pandang: FPBS IKIP, 1997).

Yunus, Ali, Fatahi., Tashmim Manhaj Li Ta'limi al-Lugah al-Arabiyyah lil Ajanib. (Kairo: Darul As-Tsaqafah).

Yusuf, Tayar., Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997).

Makalah

METODE PENGAJARAN BAHASA

YANG INOVATIF

DISUSUN OLEH :

SAEPUDIN, S.Ag

NIP: 150 293 649

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PAREPARE 2004



[1] Azhar Arsyad., Suatu Penafsiran Psikodinamik Terhadap Metodologi Pengajaran Bahasa yang Inovatif. (Jakarta: Al-Quswa, 1989), hal. 12

[2] Tayar Yusuf., Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997). Hal. 151

[3] Shalah Abdul Majid., Ta'allumul Lughah Al Hayyah wa Ta'limuha Baina Nadzoriyyah wat Tatbiq. (Kairo: Maktabah Lubnan, 1981). Hal. 10

[4] Amin Rasyid., Teaching English as Foreign Language (TEFL) in Indonesia. (Ujung Pandang: FPBS IKIP UP, 1997). Hal. 205

[5] ---------------., ibid. hal 206

[6] Azhar Arsyad., op.cit. hal. 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar